Wednesday, January 14, 2015

Pengalaman Diterima di Universitas Diponegoro (Undip)

Universitas Diponegoro (Undip) adalah salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa tahun belakangan ini, Undip juga menyabet peringkat 10 besar dalam pemeringkatan kampus terbaik di Indonesia menurut berbagai situs. Selain dosen yang berkualitas, Undip juga unggul dalam penyediaan infrastruktur penunjang kegiatan perkuliahan.

Inilah yang membuat para orang tua murid SMA berharap anaknya dapat diterima di perguruan tinggi ini. Padahal kuliah dimana saja bukan suatu masalah. Asalkan akreditasi perguruan tinggi mencapai nilai A di BAN PT. Karena Undip termasuk yang mencapai akreditasi A di Semarang, tidak heran sebagian besar murid di Jawa Tengah mendaftar ke Undip. Salah satu murid itu adalah saya.

Di tahun 2010, dibuka 5 jalur pendaftaran di Undip. Melalui nilai raport, siswa berprestasi di sekolah (PMDK), Ujian Masuk 1, ujian SNMPTN, serta Ujian Masuk 2. Dari kelima jalur tersebut, saya menempuh 3 jalur hingga akhirnya diterima sebagai mahasiswa.

Pertama adalah melalui nilai raport. Sebenarnya rata-rata nilai saya hanya 84,2. Namun berbekal jalur percepatan, saya nekat mendaftarkan diri saya. Ketika pengumuman keluar, nama saya tidak tersebut. Rumor yang beredar adalah akibat tahun 2008 SMA N 3 Semarang mempunyai kasus dengan kampus, murid yang mendaftar di-blacklist.

Kedua, lewat jalur murid berprestasi. Lagi-lagi mengandalkan nilai raport yang tidak terlalu gendut, saya nekat mengirimkan berkas saya. Sebenarnya saya sempat berpikir apakah saya menggunakan jalur "khusus". Hal ini akibat dari kekhawatiran orang tua saya mengingat murid jalur percepatan yang diterima di PTN pernah sedikit. Pengumuman keluar dan nama saya tidak ada lagi, untuk kedua kalinya.

Jalur ketiga, jalur yang menghantarkan saya menuju Panji Diponegoro, Ujian Masuk 1. Karena 2 kali ditolak Undip, saya sempat underestimate dengan kemampuan saya. Saya memang selalu 10 besar di kelas sejak SD, namun mengingat yang mendaftar tidak hanya dari Semarang, saya jadi ciut. Hari-hari sebelum tes, saya jalani dengan penuh diam. Pikiran saya dipenuhi kecemasan. Hingga suatu saat sepulang dari sekolah menuju ke tempat les, saya menemukan pamflet tentang bimbingan belajar khusus UM 1. Sebenarnya saya sudah di Ganesha Operation untuk belajar UN dan SNMPTN. Namun mengingat GO tidak menyediakan waktu khusus belajar UM 1 Undip, saya beranikan untuk mengajukan selebaran pada orang tua saya. Orang tua saya setuju untuk mengantarkan saya ke tempat les tersebut. Berbekal soal UM tahun 2008 milik kakak, saya mencoba mengikuti bimbel. Ya, hari itu kurang dari H-7 ujian. Saya mengambil paket termurah di pamflet. Proses pembelajaran berjalan sesuai yang saya harapkan. Semua anak diam saat pengajar menerangkan. Dan yang paling saya puaskan adalah ketika beliau dapat menjawab beberapa soal tersulit dari soal yang saya bawa. Soal tersebut kemudian dikopi untuk siswa lain.

Hari ujian datang. Karena belum pernah ikut ujian di Undip sebelumnya, saya santai sekali pagi itu. Bangun pukul 5.30 karena sedang berhalangan sholat, kemudian membaca-baca jawaban soal milik kakak. Tidak terasa, orang tua saya menuntut saya berangkat. Kata beliau, nanti di sana macet. Saya tidak habis pikir, memangnya berapa orang yang datang untuk ujian? Sampai di kampus, ternyata lalu lintas sudah padat. Dan masalah datang ketika saya, yang punya maag, lupa sarapan karena terburu-buru. Setelah mandi, langsung berpakaian dan berangkat. Akhirnya orang tua saya memberikan sedikit roti untuk saya makan. Ujian berlangsung dengan ibu saya berdoa di luar ruangan. 30 menit terakhir, saya berhenti menyentuh soal, maag saya kambuh! Parahnya lagi, saya lupa membawa alas tulis. Akibatnya, lembar jawab ujian saya agak terlipat. Sekian lama waktu akhirya saya kuatkan diri saya menjawab  sedikit soal yang saya bisa.

Malam sebelum hari pengumuman tiba. Saya tidur-tiduran santai sambil tidak berharap banyak, mengingat 2 kali sudah ditolak Undip. Tiba-tiba, kakak saya membangunkan saya, katanya kakak sepupu saya mengabarkan bahwa saya diterima di pilihan pertama. Saya kaget. Akhirnya saya menelpon kakak sepupu saya tersebut. Beliau memang bekerja proyekan di bagian penerimaan mahasiswa. Saya yang dikabari diterima di pilihan pertama malah mengelak, jangan-jangan di pilihan kedua. Namun ujung-ujungnya tetap saja percaya padanya.

Dari pengalaman saya tersebut, bagi adik-adik yang ingin diterima dan kuliah di Undip, saya berikan beberapa tips:

  1. Pastikan orang tua kalian menyetujui pilihan kalian
  2. Pastikan orang tua kalian mendoakan kalian sepanjang hari, terutama saat ujian, sebelum pengumuman datang
  3. Pastikan kalian tidak menyakiti hati orang tua kalian sebelum diterima di perguruan tinggi
  4. Belajar dengan kondisi tenang
  5. Carilah pengajar yang memuaskan, bisa menjawab soal ujian masuk
  6. Jangan lupa sarapan sebelum berangkat
  7. Berdoa sebelum berangkat & mengerjakan soal
  8. Berangkatlah sebelum macet tiba
  9. Tidak perlu belajar lagi ketika menunggu, dijamin tidak ada materi yang masuk
  10. Banyak berdoa dan pasrahkan hasilnya pada Illahi


logo undip
logo Undip

5 comments:

  1. Pilih jurusan apa di undip?, kira" bisa ngerjain berapa soal um nya?

    ReplyDelete
  2. Minta do'anya ya kak, FK Undip 2018

    ReplyDelete
  3. Kita sama kak jurusannya, Teknik Eelktro

    ReplyDelete
  4. Halo kak..
    Menurut kakak, berapa rata rata nilai minimum untuk bisa masuk fk undip dari jalur snmptn? :)

    ReplyDelete